|

Prodi Pendidikan Sejarah FKIP Mengundang Dr. Rosmaida Sinaga, M.Hum. untuk Membicarakan Sejarah Transmigrasi dan Sejarah Papua

Palembang (31/03/2022). Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Sriwijaya mengadakan visiting lecturer dengan mengundang Dr. Rosmaida Sinaga, M.Hum. dosen Universitas Negeri Medan untuk member pencerahan pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unsri. Kegiatan ini bertema “Transmigrasi Indo-Eropa ke Manokwari 1930-1945”.

Pemateri Utama Dr. Rosmaida Sinaga, M.Hum

Acara ini dibuka oleh Dr. Hartono, M.A. selaku dekan FKIP yang sebelumnya Dr. Syarifuddin, M.Pd. koorprodi Pendidikan Sejarah dan Dr. Farida R. Wargadalem, M.Si. Kajur Pendidikan IPS member sambutan. Kegiatan dimulai pukul 08.30 sampai 12.00 diikuti oleh seluruh mahasiswa berbagai Angkatan Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unsri.

Sambutan Ketua Jurusan IPS Dr. Farida, M.Si.

Dr. Rosmaida Sinaga, M.Hum. yang selama tahun 1992 sampai 2021 masih menjadi dosen di Universitas Cendrawasih Papua dalam paparannya sengaja menggunakan kata transmigrasi dari pada istilah awal kolonitatie atau kolonisasi.Karena kata transmigrasi dari cara pandang Indonesia.

Narasumber Utama Dr. Rosmaida Sinaga, M.Hum. dari Universitas Negeri Medan

Lulusan terbaik program Doktor bidang Ilmu Sejarah Universitas Indonesia, Dr. Rosmaida Sinaga, menjelaskan bahwa ada 2 lokasi transimgrasi Indo-Eropa di Papua yakni Hollandia (Jayapura) dan Manokwari.Menurutnya ada 5 latar belakang transmigrasi Indo-Eropa ke Papua yakni politik etis, dorongan kalah persaingan dari kaum pelajar pribumi, krisis ekonomi, munculnya Indo-Eropa pengangguran di Jawa, dan Papua diharapkan sebagai tanah air baru bagi kaum Indo-Eropa di Hindia Belanda.

Foto – foto Orang Indo – Eropa

Salah seorang mahasiswa Alvian Krisna dalam pertanyaan melihat bahwa sisi kegagalan pelaksanaan program transmigrasi Indo-Eropa ke Papua menurutnya karena masyarakat Papua menganggap orang Indo-Eropa sebagai bagian dari orang Belanda yang menjajah mereka. Namun dalam penjelasannya atas pertanyaan tersebut Dr. Rosmaida Sinaga melihat bahwa bagi orang Papua mereka tidak pernah menganggap Belanda sebagai penjajah. Di mata mereka Belanda justru member banyak kemajuan pada zamannya seperti Kristenisasi yang dilakukan para misionaris dengan memanusiakan orang Papua. Termasuk mengenalkan banyak hal seperti sepakbola dan olahraga lainnya, sehingga Papua menjadi unggulan dalam dunia sepakbola di Indonesia saat ini.

Suasana Visiting Lecturer Prodi Pendidikan Sejarah dengan Sebagian Peserta Kegiatan

Mahasiswa Habib Riziq Siregar juga mengajukan pertanyaan bahwa pada masa Gusdur masyarakat juga diberikan hak mengibarkan bendera setengah tiang. Atas pertanyaan tersebut Dr. Rosmaida Sinaga berpendapat bahwa Papua justru menjadi tertinggal, terutama masa Orde Baru.Penempatan orang Papua dengan pendekatan yang miskin nilai kemanusiaan di era tersebut. Di mana pembangunannya sangat lamban dan kalah jauh di banding Jawa. Telah menimbulkan ketimpangan dan ketidak sederajatan dengan daerah lain di Nusantara. Sehingga Papua cenderung tidak bisa begitu saja menerima Indonesia sebagai saudaranya, kecuali di daerah pantai.Pembangunan gencar baru dilakukan pada era Jokowi saat ini. Di mana kelak harapannya akan memberi tempat dan kesempatan besar bagi masyarakat Papua kedepannya.

Sebagian Peserta Kegiatan

Kajian Dr. Rosmaida Sinaga tentang Transmigrasi Indo-Eropa di Manokwari 1930-1945 ini secara luas telah member perspektif bagi mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Unsri. Agar ada yang mau menulis tentang Papua sebagai bagian wilayah Indonesia. Selain itu tema, teori dan pendekatan tentang konsep transmigrasi baik juga dilakukan untuk melakukan studi komparatif transmigrasi di Belitang, OKUT dan Tugumulyo, Musi Rawas pada masa kolonial di Sumatera Selatan yang dapat dilakukan mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Unsri.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 + 16 =