|

Hiski Komisariat Sumsel Gelar Seminar Nasional dan Pementasan Dulmuluk

Mengangkat tema “Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pariwisata Berbasis Budaya” acara Seminar tersebut menghadirkan 13 pembicara dari Sumatera sampai Papua, berikut. (1) Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. (UNJ, Jakarta), (2) Dr. Fachria Marasabessy, M.Pd. (STKIP Kie Raha, Ternate), (3) Dr. Syaiful Amri (Pamong Budaya Disbud, Jakarta, Fakultas Seni Pertunjukan, Prodi Teater IKJ), (4) Dr. Imam Qalyubi, S.S., M.Hum. (IAIN, Palangkaraya), (5) Pipit Mugi Handayani, M.A.(Universitas PGRI, Semarang), (6) Sudartomo Macaryus, M.Hum. (Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta), (7) Dr. Sri Musdikawati, M.Si. (Universitas Al Asyariah Mandar, Sulawesi Barat), (8) Dr. Ina Samosir Lefaan, M.Pd. (UNCEN, Jayapura), (9) Dr. Ida Nurul Chasanah, S.S., M.Hum. (UNAIR, Surabaya), (10) Dr. Ganjar Harimansyah (Balai Bahasa, Jawa Tengah), (11) Prof. Dr. Nurhayati (Universitas Sriwiyjaya), (12) Dr. Rita Inderawati, dan (13) Drs. Farid Wajdi, M.Pd. (Kadis Pariwisata, Sulawesi Barat).

Dr. Rita Inderawati, ketua pelaksana Seminar mengatakan bahwa seminar ini dapat menjadi upaya pembelajaran dan penguatan atas budaya dan sastra.

“Seminar hari ini, semoga dapat berdampak baik pada ekosistem kesusasteraan dan kebudayaan nasional kita,” harapnya.

Sambutan kedua, Prof. Nurhayati, Ketua HISKI Sumsel menceritakan bahwa diadakannya seminar ini adalah dari pembicaraan ketika sedang berlatih pementasan Dulmuluk secara daring yang akan dilaksanakan besok Sabtu, (18/12).

“Ketika kami sedang berlatih olah rasa, olah vokal, olah sukma, kemudian kami berpikir, mengapa kita tidak menyatukan lewat olah pikir seperti Seminar. Akhirnya disepakati seminar nasional. Para pemeran Dulmuluk dari Papua sampai Sumatera, juga ikut menjadi lembicara dalam seminar ini,” tuturnya.

Sambutan ketiga Sekretaris LPPM Unsri, Prof. Mulyadi Eko Purnomo yang mewakili Rektor Unsri sekaligus membuka Seminar Nasional.

“Selaku tuan rumah kami sebenarnya orang dalam di dalam kegiatan ini. Oleh karena itu, kami mengapresiasi rangkaian kegiatan ini. Prof Nur setiap tahun menggelar Dulmuluk yang diperankan oleh para pejabat struktural Unsri, termasuk Pak Rektor,” sambutnya.

Sudartomo M. sebagai moderator menyatakan bahwa seminar semacam ini tidak dapat menyelesaikan permasalahan sampai tutas. Akan tetapi mengandung harapan saling menginspirasi para peserta untuk menindaklanjuti dengan kegiatan penelitian, pengajian, pemublikasian, serta pengembangan ekonomi kreatif di daerah masing-masing demi terwujudnya masyarakat yang sejahtera.

“Pengembangan pariwisata mendukung pengembangan kebudayaan, demikian juga sebaliknya dan yang perlu diperhatikan bahwa pengembangan keduanya melibatkan para pelaku budaya dan stakeholder,” ujar Farid.

Syaiful Amri memfokuskan kajian mengenai Lenong Betawi, sedangkan Ganjar Harimansyah fokus pada alihwahana dan kreativitas pelaku seni terhadap tradisi lisan.

“Semangat silahturahim, diskusi, kompak, dan komitmen menjadi kunci pemertahanan seni tradisi Betawi hingga saat ini,” ujar Syaiful Amri.

“Nenek moyang kita telah menunjukkan kreativitas seperti tampak pada kisah Panji yang direpresentasikan dalam bentuk tari, tembang, patung, relief candi, dan lakon. Saat ini peluang bertambah dengan berkembangnya teknologi digital,” papar Ganjar dalam presentasinya.

Selanjutnya, Imam Qalyubi membahas tradisi lisan Karungut di Kalimantan dan kreasi-kreasi pengembangannya, Fahria dari Ternate memfokuskan pada kajian sejarah Raja Badarudin Aziz yang dimakamkan di Ternate, sedangkan Inna Samosir memfokuskan kajian mengenai Noken, Tomang, dan Dari.

“Setiap kegiatan pada masyarakat Papua senantiasa diawali dengan ritual,” urai Ina.

Ina Samosir pada kesempatan ini juga meragakan ritual yang direpresentasikan dalam bentuk tari yang dibawakan oleh dua penari dari Papua dan kemudian diikuti oleh semua narasumber dan sebagian peserta seminar.

Seminar nasional yang menghadirkan narasumber dari Papua sampai Sumatera dilanjutkan dengan tanya jawab. Pertanyaan dan respons serta penekanan yang disampaikan moderator mengungkap berbagai potensi daerah untuk pengembangan pariwisata.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

17 − thirteen =